Dlahirkan di suatu desa yang terletak di suatu lereng gunung kecil
di daerah administrasi Okuyama tahun, 1911. Anak sulung dari tiga
bersaudara, ayahnya adalah seorang pegawai biasa. Michiomi kecil
ditinggal ayahnya ketika berumur delapan tahun. Sehingga ia harus
mengasuh dua adik perempuannya ketika ditinggal ibunya untuk bekerja
menggantikan ayahnya. Akhirnya dua saudaranya di asuh oleh keluarga
dari ibu, sedangkan Michiomi pergi ke Manchuria untuk tinggal bersama
kakek dari ayahnya. Kakek Michio adalah anggota Kokyuryukai
(Perkumpulan rahasia Ular Naga Hitam). Dan ia juga seorang yang ahli
dalam seni beladiri (budo). Selama 7 tahun kakeknya mengajarkan
permainan pedang dan seni permainan tombak, serta perkelahian tanpa
senjata, Jujutsu.
Bulan mei tahun 1926 Ibu Nakano Michiomi meninggal dunia, dan iapun
kembali ke Jepang. Dan pada tahun yang sama salah satu saudarinya juga
menyusul ibunya, setahun kemudian, 1927, saudara satunya lagi juga
meninggal dunia. Bukan suatu kebetulan juga ketika akan kembali ke Cina
kakeknya juga meninggal ditahun yang sama. Kini Michiomi tinggal
sebatang kara, dan iapun pergi ke Tokyo, yang pada waktu itu terjadi
depresi ekonomi setelah PD I. Perekonomian tidak teratur dan angka
pengangguran tinggi.
Agen Intelegent
Di usai ke 17 tahun, Januari 1928, Michiomi mendaftarkan diri masuk
angkatan perang. Dan ditempatkan di Manchuria sebagai Special
Expeditionary Force, agen pasukan khusus. Ditugaskan pada sekolah
Taoist yang dikepalai oleh Chen Liang. Seorang anggota rahasia
Perkumpulan Zaijia Li, dan kepala perkumpulan Bunga Teratai Putih
(Byakuren dalam bahasa Jepang), sekolah tinju Shaolin Utara ( Shorin).
Sebagai murid Chen, Michiomi mempelajari kempo (Quan Fa – Tinju), dan
juga pertama kali Michiomi berkenalan dengan pengajaran Budha. Pengaruh
Budha (Chan-Zen) sangat kental dengan beladiri cina. Manchuria juga
yang mengorganisir waktu itu perkumpulan rahasia. Tahun 1931 Nakano
Michiomi terkena tipus dan dikembalikan ke Jepang. Bergabung dengan
Kesatuan Angkatan Udara I. Ketika latihan terbang malam, ia terkena
seranga jantung, dan harus mendapatkan perawatan hingga 6 bulan. Para
dokter memperkirakan waktu hidupnya 1 sampai 3 tahun.
Bulan Oktober 1931, Michiomi kembali ke Manchuria dan Chen,
ditugaskan sebagai agen intelijen. Karena ia berpikir tidak punya umur
panjang, Michiomi memilih untuk melakukan berbagai macam misi. Chen
bertanya padanya, mengapa ia menginginkan kematian lebih cepat.
Michiomi menceritakan apa yang telah dikatakan dokter kepadanya waktu
itu. Chen berkata kepada dia, siapa yang memutuskan hidupmu hanya Cuma
setahun? Nasib adalah sesuatu yang Gaib, di luar ken adalah kematian.
Kamu tidak akan mati dengan seketika, kamu harus berjuang untuk hidup
dengan segala usaha. Aku akan merawatmu mulai hari ini. Michionmi
menjalani perawatan dengan pijatan dan teknik akupressur, dalam bahasa
jepang disebut Kemyaku iho. Dan dalam istilah ShorinjiKempo sekarang
disebut dengan Seiho (seitai jutsu).
Dalam melaksanakan misinya, Michiomi menyamar sebagai gelandangan,
menemani Chen. Pada tahun 1932, mereka berada di Beijing, di mana
gurunya Chen, Wen Taizong tinggal di sana. Wen waktu itu adalah guru
besar dari sekolah Shaolin Utara “Yihemen Quan” , atau Giwamon Ken
dalam bahasa Jepang. Pada waktu masih mudah, Wen adalah seorang
biarawan kuil Shaolin, dan akhirnya menjadi guru besar menggantikan
Huang Longbai. Lalu Wen memperkenalkan Michiomi pada Huang, dan
akhirnya mengijinkan menjadi muridnya secara langsung. Huang
mengajarkan Michiomi 36 macam kuncian dan teknik gulat naga, yang
disebut Longxi Zhuji. Ia juga mempelajari teknik lemparan Wa Hua Quan
(Goka Ken, Tinju Lima Bunga), yang akhirnya menjadi dasar prinsip
lembut dan keras menjadi satu (Goju Ittai). Setelah mempelajari
beladiri dari kakeknya, kemudian menguasai apa yang telah diajarkan
Chen, Michiomi menerima semua pelajaran dengan cepat. Wen berpikir
telah menemukan seorang yang cukup cakap. Di musim gugur 1936, Wen dan
Michiomi menghidiri upacara di kuil Shaolin, Michiomi di angkat menjadi
Guru Besar ke 21 dari Yihemen Quan. Wen menamai di “Doshin So”, yang
berarti Yang Membantu Jalan Menuju Religius. Dan nama tersebut dipakai
sepanjang sisa hidupnya.
Sejak kali pertama bergabung di kuil Shaolin, Doshin amat terkesan
dengan lukisan di dinding yang melukiskan Orang India dan Biarawan Cina
berlatih dengan menyenangkan dan dilakukan bersama-sama. Metode ini
berlawanan denga pelatihan yang selama ini dia lakukan, dan ia
mengembangkan gagasan, dimana untuk berlatih harus ada kerja sama
dengan pasangannya, untuk kepentingan berdua. Dalam bahasa jepang,
konsep ini dinyatakan sebagai “otagai renshu” (berlatih untuk satu sama
lain), atau “jita kyuraku” (menikmati dengan orang lain).
Soviet menyerbu Manchuria
Agustus 1945, Soviet menyerbu Manchuria. Angkatan perang Jepang
melarikan diri, dan meninggalkan anak-anak dan para wanita di
Manchuria. Doshin So merasakan perilaku yang kurang berkenan untuk ikut
meninggalkan Manchuria. Akhirnya ia mengalami dua masa pendudukan di
Manchuria, yaitu masa Jepang dan masa Soviet. Ia melihat perilaku dari
pemenang perang waktu itu, bagaimana cara supaya bisa mempertahankan
kedudukannya, tak lain dengan menekan kaum yang lemah. Dan ia pun
melihat bagaimana keberanian seseorang untuk melindungi yang lemah
dengan bahkan mengorbankan diri mereka. Doshin So mengembangkan
pemahamannya, bahwa kualitas seseorang bukan dari kebangsaan mereka
tetapi berasal dari individu sendiri.
Ia berkata, ” Di masa damai, orang-orang dapat menyembunyikan
karakter mereka asli mereka, mereka dapat menghias karakter masing
masing, tetapi ketika kekacauan datang, akan terlihat karakter aslinya,
tidak lagi terpengaruh oleh hukum yan ada. Aku mempelajari hal ini dari
pengalaman dan penderitaan. Jika kita ingin mencapai kedamaian, tidak
ada jalan/cara lain kecuali menegakkan kesadaran hukum yang kuat kuat
untuk semua, tidak memihak siapapun.
Aku merasakan hal ini ketika berada di Manchuria. Sehingga jika aku
dapat kembali ke Jepang, aku akan membuka sekolah swasta untuk
membangun ikatan dan jiwa keberanian, serta kepercayaan di hati orang
orang muda”.
Kaiso Ke Jepang
Setelah peperangan seselai, orang-orang yang berada di Cina pulang
ke Jepang. So Doshin tetap tinggal di Shenyang bersama teman-temannya
di masyarakat Cina. Hubungan dengan orang-orang tersebuty memungkinkan
dia kembali ke Jepang lebih cepat. Temen-teman di Cina mencoba untuk
membujuk agar tetap tinggal di dalam Negeri China, dengan alasan Jepang
telah dihancurkan Sekutu. Kepada teman-temannya Doshin So mengatakan
bahwa mungkin Jepang telah hilang, tetapi ia belum pernah hilang, dan
masih sebagai orang Jepang. Ia ingin kembali ke Jepang untuk membantu,
membangun kembali Jepang. So Doshin mendarat pada Sasebo, daerah di
Nagasaki pada tahun 1946. Sepanjang perjalanan pulang tidak jarang ia
menggunakan teknik kempo untuk menghindari gangguan dari penumpang yang
lain.
Akhirnya Doshin ke kota kelahiran ibunya. Dan menginap di
kemenakannya di Osaka. Ia memulai hidup baru dengan menjalankan bisnis
produk bahan kimia bersama temannya dari Cina. Dari sini Doshin dapat
bertahan hidup dan mendapatkan kenyamanan. Pada waktu yang sama, Doshin
melihat penderitaan yang diakibatkan oleh perang, inflasi, kemiskinan,
pengangguran, memicu orang melanggar hukum dan orang tidak mau
mendengarkan suara hati untuk orang lain. Ia ditawari beberapa lahan di
Tadotsu, suatu daerah pedesaan dan pelabuhan di pulau Shikoku, Daerah
administrasi Kagawa. Dan akhirnya Tadotsu telah menjadi Mecca untuk
Shorinji Kempo.
Mendirikan Shorinji Kempo
Doshin So memulai dengan membangun aula kecil, dan memberi
pengajaran dan filosofi pada Oktober 1947. Pada awalnya ia tidak begitu
diterima, karena dianggap orang asing di daerah tersebut, dan juga
pengajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada. Yang
datang untuk mendengarkan thanya sedikit, tapi yang kembali lagi lebih
sedikit lagi.
Ketika So Doshin sedang mempertimbangkan bagaimana cara yang tepat
untuk mengajarkan filosofinya, dalam suatu mimpinya ia bertemu dengan
Bodhidharma, berjenggot dan berpakaian seperti biarawan budha, berjalan
dengan cepat dihadapan So Doshin, ia berusaha berbicara pada
Bodhidharma tetapi tidak dapat mendengarnya, Bodhidharma hanya
menunjukkan satu arah dari tangannya, So Doshin berusaha memahami
mimpinya. Akhirnya ia memutuskan untuk memberikan pengajaran Zen
Budhisme, seperti ketika ia belajar di Kuil Shaolin. Yang kemudian ia
gabungkan dengan filosofi yang pernah ia terima.Bukan pengajaran yang
berhubungan dengan peperangan untuk memenangkan lawan, tetapi lebih
kepada pelatihan jasmani dan peningkatan rohani untuk kemajuan bersama.
Doshin akhirnya mengorganisir kembali sistem teknik yang telah ia
pelajari sebelumnya dan menyelaraskan dengan pemahamannya akan Zen
Budhisme.
Kota Tadotsu sedang dalam kekacauan, banyak penjahat dan pasar gelap
setelah perang berakhir. So Doshin mengajarkan teknik kempo kepada
muridnya dengan cepat. Dan bersama muridnya turun ke jalan untuk
menantang penjahat yang ada di jalanan, karena ia berpikir, dengan
pengguanaan teknik yang dikuasai untuk kebaikan hal itu adalah benar.
Bersama dengan polisi setempat Doshin So berhasil mengamankan kota.
Untuk memastikan muridnya tidak kembali turun ke jalan, mereka harus
bekerja terlebih dahulu. So Doshin mengajarkan teknik Beladiri dengan
melatih fisik dalam format Zen. Akhirnya makin banyak murid baru yang
bergabung dengan pelatihan tersebut.. Di tahun 1950, Doshin So
membentuk perkumpulan yang bersifat religius, tahun 1951, resmi menjadi
organisasi “Kongo Zen Sohonzan Shorinji”. Dan membentuk sekolah untuk
melatih Shorinji Kempo untuk membentuk pemimpin masa depan waktu itu,
yang bernama sekolah Zenrin Gakuen (akademi hutan zen), sebagai awal
dari Nihon Shorinji Budo Senmon Gakko (Akademi Shorinji Kempo Jepang),
yang sering disebut juga Busen (Budo Senmon).
Sebagian dari diri kalian adalah untuk orang lain, adalah satu
pengajaran didalam Busen. Masing-masing individu harus berusaha hidup
layak. Semboyan Shorinji Kempo dan Kongo Zen yang dikenal sampai hari
ini ” Pikir separuh untuk kebahagiaan milik mu, setengah untuk
kebahagiaan dari yang lain” ( Nakaba wa jiko Nakaba wa jiko shiawase
wo, nakaba wa hito nakaba wa hito shiawase wo). Selama tahun 1950 an
sering mengadakan demonstrasi publik untuk publik, seperti embu taikai,
sehingga mempercepat pertumbuhan organisasi. Tahun 1960, Doshin So
muncul di televisi nasional, sehingga semakin meningkatkan ketenaran
Shorinji Kempo pada publik. Di 1963 membentuk ” Shadan Hojin Nihon
Shorinji Kempo Renmei” di kuil Tadotsu, untuk mempelajari Buddhism yang
dipelajari selama di kuil Shaolin Kuil, yaitu mempelajari penyelesaian
suatu sengketa dengan cara penengahan lewan pengajaran Budha dan
mempelajari teknik Beladiri.